Pondok Pesantren ALMATERA (Al-Mumin Muhammadiyah Tembarak)

KEUTAMAAN KALIMAT LAA ILLAAHA ILLALLAAH

Dalam sebuah hadits disebutkan:

وعن أبي سعيد الخذري رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: قال موسى يا ربِّ عَلِّمْني شيئًا أَذْكُرُكَ وأدعوك به. قال قل يا موسى لا إله إلا اللهُ، فقال : يا ربِّ كُلُّ عبادِكَ يقولُون هذا، قال : يا موسى لو أن السماواتِ السَّبْعَ وعامِرَهُن غيري والأرَضِينَ السَّبْعَ في كِفَّةٍ ولا إله إلا اللهُ في كِفَّةٍ مَالَتْ بهن لا إله إلا اللهُ (رواه ابن حبان والحاكم وصححه)

Terjemahan Hadits

Dari Abu Sa’id al-Khudzri radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, Musa berkata: “Wahai Rabbku, ajarkan kepadaku satu kalimat yang akan aku gunakan untuk berdzikir kepada-Mu dan berdoa kepada-Mu.” Allah berfirman: “Wahai Musa katakanlah laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah).” Musa berkata: “Waha Rabbku, semua hamba-Mu membaca itu.” Allah berfirman: “Wahai Musa, seandainya langit yang tujuh berserta yang ada padanya selain Aku dan bumi yang tujuh berada di satu daun timbangan, dan kalimat laa ilaaha illallah berada di satu daun timbangan yang lain, maka lebih berat kalimat laa ilaaha illallah.

Takhrij Hadits

Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya nomor 2324 dan Al-Hakim dalam Mustadrak 1/528 dan beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi dan Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 5/54 dan Al-Haitsami dalam Al-Mujma’ 10/82. Adapun Al-Albani dan yang lainnya mendha’ifkan hadits ini.

Faidah Hadits

Syaikh Muhammad bin Abduk Aziz as-Sulaiman al-Qar’awi dalam kitabnya Al-Jadid fi Syarhi Kitab at-Tauhid menjelaskan beberapa faidah dari hadits tersebut yang bisa kita petik. Diantaranya adalah:

Pertama: Seseorang boleh meminta kepada Allah suatu hal yang khusus baginya.

Hal ini sebagaimana Nabi Musa meminta dzikir yang khusus baginya agar bisa digunakan untuk berdizikir dan berdoa kepada Allah. Meskipun Allah memerintahkan kepada Nabi Musa dzikir yang sudah biasa dibaca oleh manusia. Namun permintaan dari Nabi Musa tersebut tidak diingkari oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menunjukkan bahwa kita boleh berdoa kepada Allah tentang sesuatu yang dikhususkan untuk kita.

Kedua: Bahwa para Rasul tidak mengetahui sesuatu kecuali apa yang telah Allah ajarkan kepada mereka tentang sesuatu tersebut.

Para Rasul adalah manusia biasa yang tidak mengetahui perkara ghaib kecuali apa yang telah Allah beritahukan kepada mereka. Perkara ghaib mutlak milik Allah, sebagaimana Allah berfirman:

وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ

Artinya: “Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia.” (QS. Al-An’am: 59)

Perhatikan pula bagaimana pengakuan Nabi Khidzir ketika ditemui oleh Nabi Musa ‘alaihimassalam:

يا مُوسَى، إنَّكَ علَى عِلْمٍ مِن عِلْمِ اللَّهِ عَلَّمَكَهُ اللَّهُ لا أعْلَمُهُ، وأَنَا علَى عِلْمٍ مِن عِلْمِ اللَّهِ عَلَّمَنِيهِ اللَّهُ لا تَعْلَمُهُ

Artinya: “Wahai Musa, sesungguhnya engkau memiliki ilmu dari ilmu Allah yang telah Allah ajarkan kepadamu dimana aku tidak mengetahuinya, dan aku memiliki ilmu dari ilmu Allah yang telah Allah ajarkan kepadaku dimana engkau tidak mengetahuinya.” (HR. Bukhari 4727)

Ketiga: Menetapkan sifat kalam bagi Allah.

Allah memiliki sifat kalam (berbicara), hal ini bisa kita lihat dalilnya misal:

وَمَنْ اَصْدَقُ مِنَ اللّٰهِ قِيْلًا 

Artinya: “Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?” (QS. An-Nisa’: 122)

Juga bisa lihat ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an pada An-Nisa’: 164, Al-Baqarah: 253, Ali Imran: 55, Maryam: 52, Asy-Syu’ara: 10, Al-Qashash: 62, At-Taubah: 6, Al-Baqarah: 75.

Keempat: Menetapkan bahwa langit ada penghuninya.

Diantara penguni langit adalah para malaikat. Hal ini sebagaimana yang digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya:

يُنَزِّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةَ بِالرُّوْحِ مِنْ اَمْرِهٖ عَلٰى مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖٓ

Artinya: “Dia menurunkan para malaikat membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya,” (QS. An-Nahl: 2)

Juga firman Allah:

وَتَرَى الْمَلٰۤىِٕكَةَ حَاۤفِّيْنَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْۚ

Artinya: “Dan engkau (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat melingkar di sekeliling ‘Arsy, bertasbih sambil memuji Tuhannya,” (QS. Az-Zumar: 75)

Kelima: Menetapkan bahwa bumi yang tujuh seperti langit.

Bumi ada penghuninya baik dari kalangan manusia, hewan, tumbuhan dan lain-lain.

Keenam: Menetapkan bahwa amal bertingkat-tingkat.

Hal ini sebagaimana diisyaratkan dalam hadits bahwa kalimat laa ilaaha illallah sangat berat di timbangan, menunjukkan bahwa ia memiliki keutamaan dan tingkatan yang istimewa.

Ketujuh: Penjelasan tentang keagungan dan keutamaan laa ilaaha illallah.

Dimana kalimat laa ilaaha illallah sangat berat di timbangan amal sebagaimana hadits di atas menjelaskan hal tersebut.

Wallahu a’lam.

Referensi:

Al-Jadid fi Syarhi Kitab at-Tauhid karya Muhammad bin Abdul Aziz as-Sulaiman al Qar’awi.

Penulis : Ustadz Ja’far Shodiq

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *