Temanggung merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Jawa Tengah. Umumnya kopi hanya dimanfaatkan bijinya saja sedangkan bagian kulit dibuang sebagai limbah. Padahal, di dalam kulit kopi terdapat selulosa yang tinggi yaitu 41,26% sehingga dapat diolah menjadi kertas hias (Edahwati dkk, 2014). Pada umumnya kertas terbuat dari serat selulosa yang diperoleh dari kayu pohon. Seiring dengan semakin kompleksnya kebutuhan terhadap kertas maka kebutuhan akan bahan baku kertas juga semakin tinggi.
Hal tersebut berdampak pada jumlah pohon yang ditebang sehingga dapat mengancam ekosistem. Maka, diperlukan solusi untuk menemukan bahan pengganti yang dapat diolah menjadi kertas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses pembuatan kertas dari limbah kulit kopi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan cara menghancurkan kulit kopi dan bahan lain sehingga berbentuk bubur kemudian dicetak dan dikeringkan. Dalam penelitian ini, dilakukan analisa organoleptik yang mencakup penilaian warna, tekstur dan tingkat kesukaan panelis. Selain itu, uji gramatur juga dilakukan, di mana kertas dengan nilai gramatur terendah menunjukkan kualitas yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kertas dengan warna yang tajam adalah kode D dengan pewarna kunyit bubuk, sementara kertas dengan tekstur agak lembut adalah kode F dengan pewarna daun jati tua. Panelis juga lebih menyukai kertas dengan kode F dan G. Kertas tanpa pewarna (kode A) memiliki nilai gramatur terendah, yaitu 0,0162 g/cm2, sedangkan kertas dengan nilai gramatur tertinggi adalah kertas yang diberi warna daun jati tua (kode F), yaitu 0,03184 g/cm2
Indonesia menjadi salah satu penghasil kopi terbesar didunia. Produk kopi dalam negeriselalu mengalami kenaikan tiap tahun, terhitung dari tahun 2014 hingga tahun 2016 (Muslihah dkk, 2018). Salah satu daerah yang terkenal sebagai penghasil kopi adalah kota Temanggung.
Temanggung merupakan daerah penghasil kopi terbesar di Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan cuaca dan lahan daerah Temanggung cocok untuk budidaya kopi. Menurut website media center Temanggung pada tahun 2021 produktivitas kopi di Temanggung rata-rata mencapai 1,1 ton per hektare. Kopi mempunyai peranan yang cukup besar bagi sektor perkebunan di Indonesia khususnya di Temanggung, karena biji kopi termasuk salah satu komoditi unggulan. Selama ini umumnya kopi hanya dimanfaatkan bagian bijinya saja sedangkan bagian kulit dibuang begitu saja sebagai limbah atau hanya digunakan sebagai bahan pakan ternak. Padahal, dengan cara sangat sederhana pada tingkat usaha rumah tangga di pedesaan, kulit kopi tersebut dapat diolah menjadi kertas karena kandungan selulosa yang tinggi yaitu sebesar 41,26% (Edahwati dkk, 2014).
Kertas merupakan jenis benda material yang berbentuk lembaran-lembaran tipis dan ada juga yang tebal. Bahan yang sering digunakan dalam proses pembuatan kertas umumnya adalah serat kayu yang dicampur dengan bahan-bahan kimia sebagai pengisi dan penguat kertas (Cahya, 2022). Kertas juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk menulis, menggambar, membungkus makanan atau barang, dibuat sebagai kerajinan tangan atau hiasan, dan lain sebagainya (Ma’as, 2021).
Seiring dengan pertambahan penduduk dan semakin kompleksnya jenis kebutuhan hidupmanusia tentunya kebutuhan terhadap kertas juga akan semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan kertas tentunya diiringi dengan peningkatan kebutuhan akan bahan baku dan bahan tambahan lainnya. Pada umumnya bahan dasar pembuatan kertas yaitu dari serat atau bubur kayu. Dengan meningkatnya kebutuhan akan bahan baku kertas akan berdampak terhadap jumlah pohon yang ditebang sementara itu jumlah lahan yang dapat ditanami pohon semakin berkurang. Kondisi tersebut perlu disikapi dengan tindakan-tindakan yang bijak. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan bahan alternatif pengganti bubur kayu sebagai bahan dasar kertas.
Kata kunci: eco paper,limbah, kulit kopi, pulp
(Karya Ilmiah ini telah di ujikan dan di nilai langsung oleh Tim Riset MTs ALMATERA dan segenap guru Ristek PonTren ALMATERA)