Pondok Pesantren ALMATERA (Al-Mumin Muhammadiyah Tembarak)

NILAI AKHLAK DAN SEJARAH PADA NOVEL THE CHRONICLES OF GHAZI SERI KELIMA

Alin Amalfi Hidayah, Hilya Azkia, S.Pd.

MTs Al-Mu’min Muhammadiyah Tembarak, Temanggung, Jawa Tengah

e-mail: alinamalfihidayah02@gmail.com

Abstrak

Pada zaman sekarang, kehadiran novel tidak hanya sebagai media alternatif untuk menyampaikan pesan, tetapi juga sebagai media representasi seorang tokoh. Novel merupakan salah satu ragam prosa di samping cerpen dan roman. Ada berbagai macam novel seperti novel romantis, novel petualangan, novel sejarah, novel inspiratif dan masih banyak lagi. Salah satu novel inspiratif yaitu novel The Chronicles of Ghazi. Novel berjudul The Chronicles of Ghazi The Chronicles of Ghazi ini merupakan karya Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw yang diterbitkan oleh Mizan pada tahun 2017. Novel ini menceritakan tentang sebuah sejarah penaklukan konstantinopel yang jatuh ke tangan umat Islam pada masa Dinasti Turki Usmani di bawah pimpinan Sultan Muhammad II yang bergelar Al-Fatih pada tahun 1453, dan dijadikan ibu kota kerajaan Turki Usmani. Novel The Chronicles of Ghazi The Chronicles of Ghazi ini juga mengandung nilai-nilai akhlak yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan wujud nilai-nilai akhlak terkandung pada Novel The Chronicles of Ghazi The Chronicles of Ghazi Karya Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka yang bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai akhlak yang terdapat pada novel. Hasil penelitian ini didapatkan dua wujud nilai akhlak yaitu wujud nilai akhlak hubungan manusia terhadap Tuhan dan wujud nilai akhlak hubungan manusia terhadap manusia lain. Kesimpulannya dengan menggunakan teknik studi pustaka didapatkan dua aspek nilai akhlak yaitu wujud nilai akhlak hubungan manusia terhadap Tuhan, wujud nilai akhlak hubungan manusia terhadap manusia lain.

Kata kunci: Novel, Akhlak

Data yang diperoleh peneliti setelah melakukan penelitian terhadap novel The Chronicles of Ghazi Seri Kelima Karya Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw ini, yaitu berupa nilai-nilai akhlak yang terdapat pada novel The Chronicles of Ghazi Seri Kelima Karya Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw berdasarkan pendekatan deskriptif kualitatif.

Wujud nilai akhlak yang terdapat dalam novel The Chronicles of Ghazi Seri Kelima ini yakni terdiri dari wujud nilai akhlak hubungan manusia terhadap Tuhan, dan wujud nilai akhlak hubungan manusia terhadap manusia lain. Wujud nilai akhlak hubungan manusia terhadap Tuhan dibagi menjadi tiga macam yaitu berdoa kepada Tuhan, percaya kepada Tuhan, dan bersyukur. Yang pertama adalah berdoa kepada Tuhan. Doa merupakan salah satu sarana untuk berkomunikasi antara hamba dengan Allah Swt. dalam keadaan tertentu (Mursalim, 2011). Nilai akhlak berdoa kepada Tuhan yang terdapat pada novel The Chronicles of Ghazi Seri Kelima ini terdapat pada kutipan berikut:

Data 1: Peperangan akan segera pecah di varna. Ketika dia menyaksikan formasi pasukan dan barisan serdadu-serdadu salib itu, doanya mengangkasa kepada Allah agar memberi kemenangan dari musuh musuh Islam. (Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw: 2014: 17)

Dari kutipan tersebut terdapat nilai akhlak bahwa kita harus selalu mengingat Allah dalam keadaan apapun dan termasuk memohon kepadanya agar peperangannya dimenangkan. Sikap mengingat Tuhan dalam berdoa juga terdapat pada tokoh Mehmed saat dia menjadi pemimpin. Seperti pada kutipan berikut ini:

Data 2: Setiap hari, Mehmed berdoa ke hadirat Ilahi Robbi, agar rakyatnya selalu mendapatkan kebaikan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Jauh di sudut bilik-bilik mereka, rakyat pun mendoakan kesejahteraan pemimpinnya, yang walau masih muda, tetapi adil dan bijaksana. (Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw: 2014: 84)

Dari kutipan tersebut terdapat nilai akhlak bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik harus senantiasa ingat kepada Allah dengan cara mendoakan kebaikan untuk rakyatnya. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang selalu mendoakan rakyatnya dan rakyatnya pun juga mendoakan pemimpinnya. Hal tersebut merupakan bentuk kepedulian seorang pemimpin terhadap rakyatnya sebagai pemimpin yang baik.

Yang kedua adalah percaya kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan berarti mempercayai bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Percaya kepada Tuhan termasuk rukun yang pertama dalam rukun Islam. Nilai akhlak percaya kepada Tuhan yang terdapat pada novel The Chronicles of Ghazi Seri Kelima ini terdapat pada kutipan berikut:

Data 3: Namun nasihat-nasihat dan kehadiran ayahnya, kalimat-kalimat dari gurunya dan kehadiran sahabat-sahabatnya, telah mengobati seluruh rasa sakitnya. Dan lebih dari itu

semua, zikirnya kepada allah adalah penyembuh yang paling ampuh. Allah tidak akan melupakannya,dan dia akan selalu menjaganya. (Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw: 2014: 69)

Dari kutipan tersebut terdapat nilai akhlak bahwa kita tidak boleh melupakan Allah. Kita harus selalu percaya bahwa Allah itu ada. Cara agar kita senantiasa ingat kepada Allah yaitu dengan cara berdzikir. Dzikir dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun kita berada. Dengan berdzikir kita akan merasa dekat kepada Allah.

Data 4: “Lala, tidakkah kau meyakini, seberapa pun banyaknya orang-orang kafir itu, mereka hanyalah lalat-lalat yang tidak berarti? Selama Allah Azza Wajalla menyertai kita, tidak ada pertempuran yang tidak bisa kita menangkan. Dia pasti menolong kita, selama kita bertakwa kepadanya dan menegakkan hukum-hukumnya.” (Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw: 2014: 179)

Dari kutipan tersebut terdapat nilai akhlak bahwa kita harus percaya bahwa Allah pasti menolong kita. Allah akan selalu ada di samping kita selama kita bertakwa dan menegakkan hukum-hukumnya. Yang ketiga adalah bersyukur. Bersyukur adalah bentuk terima kasih terhadap Allah setelah mendapatkan nikmat dan karunianya. Bersyukur itu hukumnya wajib. Nilai akhlak bersyukur yang terdapat pada novel The Chronicles of Ghazi Seri Kelima ini terdapat pada kutipan berikut:

Data 5: “Kau sudah siap berangkat, Mehmed?” Sultan Murad menepuk bahu putranya. “Insya Allah sebentar lagi, Sultan, tinggal persiapan terakhir,” sahut Mehmed sambil menunduk. “Jangan berlebih-lebihan, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” “Insya Allah!” “Aku akan menyertai Sehzade menuju Amasya,” Syaikh Aaq Syamsuddin. (Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw: 2014: 68)

Dari kutipan tersebut terdapat nilai akhlak yaitu kita dilarang untuk bersikap berlebih-lebihan karena Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Kita harus mensyukuri apapun yang kita miliki.

Data 6: Sebaris senyum terkembang di wajah Mehmed saat menatap orang yang muncul di ambang pintu dia adalah gurunya, Syaikh Aaq Syamsuddin. Sebenarnya Mehmed sanggup menyediakan kediaman yang lebih baik dan lebih megah daripada rumah yang ditempati Syaikh Aaq Syamsuddin sekarang. Hanya saja ulama yang tawadhu itu menolaknya. Dia lebih senang hidup di dalam kesederhanaan, sebab kesederhanaan lebih dekat dengan ketakwaan. (Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw: 2014: 87)

Dari kutipan tersebut terdapat nilai akhlak yaitu kita harus tetap bersyukur walaupun kita hidup dalam kesederhanaan. Dengan hidup sederhana kita menjadi dekat dengan ketakwaan. Takwa adalah menjaga diri dari murka Allah dengan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangannya. Yang keempat adalah tawakal. Tawakal berarti berserah diri kepada Allah setelah kita melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Nilai akhlak tawakal yang terdapat pada novel The Chronicles of Ghazi Seri Kelima ini terdapat pada kutipan berikut:

Data 7: Apalagi pemimpin itu selalu tersungkur di hadapan Tuhannya setiap malam dengan berlinang air mata di meratapi kelemahan dan kekurangan daya upayanya untuk menjalankan ketaatan kepada Allah, dan menyesali betapa dhaifnya dia ketika harus berhadapan dengan makar manusia. Semuanya dia pasrahkan kepada allah ‘azza wajalla, yang tanpa kehendaknya takkan terjadi segala sesuatu. Yang dengan kuasanya seluruh makhluk bernyawa bertemu dengan takdirnya. (Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw: 2014: 92)

Dari kutipan di atas terdapat nilai akhlak yaitu kita harus selalu melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh kemudian memasrahkan hasilnya kepada Allah. Jika hasilnya tidak sesuai yang kita harapkan, kita tidak boleh menyerah dan terus mencobanya lagi sampai berhasil.

Wujud nilai akhlak hubungan manusia dengan manusia lain dibagi menjadi dua yaitu percaya kepada sesama teman dan nasihat guru kepada muridnya. Yang pertama adalah percaya kepada sesama teman. Percaya kepada sesama teman merupakan nilai akhlak yang mengajarkan kita untuk saling percaya kepada sesama teman agar kita mempunyai banyak teman dalam kehidupan sehari-hari. Dalam novel ini percaya kepada sesama teman ditunjukkan pada kutipan berikut:

Data 8: “Aku sangat bangga kepada kalian. Aku tidak ragu, bahwa aku sanggup menaklukkan konstantinopel bersama dengan orang-orang seperti kalian. Insya allah.” (Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw: 2014: 83)

Dari kutipan tersebut terdapat nilai akhlak yaitu kita harus selalu mempercayai teman dalam bekerja sama. Dengan begitu hasil kerja sama yang dikerjakan akan sesuai dengan yang diharapkan. Yang kedua adalah nasihat guru kepada muridnya. Guru merupakan orang yang sangat penting bagi orang lain dalam memberikan pendidikan atau arahan kepada seseorang agar orang tersebut dapat memperoleh hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam novel ini nasihat guru kepada murid ditunjukkan pada kutipan berikut:

Data 9: “Karena itu, Mehmed, berbuat baiklah kepada sahabat-sahabatmu, kepada para pelayanmu, kepada prajuritmu, dan berbuat baiklah kepada rakyatmu. Karena tanpa mereka, kau takkan sanggup meraih apapun.” (Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw: 2014: 71)

Dari kutipan tersebut terdapat nilai akhlak yaitu sebagai seorang guru, Syaikh Aaq Syamsuddin memiliki kewajiban untuk menasehati muridnya Mehmed agar menjadi pemimpin yang berbuat baik kepada sesama. Dengan berbuat baik kepada sesama seorang pemimpin dapat mewujudkan impiannya. Sebab jika seorang pemimpin berbuat jahat kepada orang lain, maka tidak akan ada yang akan membantu untuk mewujudkan impian yang akan dicapai.

Data 10: “Teruslah begitu, Mehmed, selalu jadi pemimpin yang adil dan bijaksana. Yang menjalankan syariat Islam dan mencintai rakyatnya. Bersama dukungan seluruh rakyat, kau akan menjadi pemimpin yang kuat. Dengan berbekal semua itu, insya Allah kau akan bisa menuntaskan cita-cita seluruh Sultan Utsmani.” “Aku juga selalu mohon dukungan Syaikh,” (Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw: 2014: 88)

Dari kutipan di atas terdapat nilai akhlak yaitu jika ingin menjadi pemimpin yang kuat maka jalankanlah syariat Islam dan cintailah rakyatnya. Dengan begitu rakyatnya pun akan mendukungnya untuk menjadi pemimpin yang kuat dan bisa menuntaskan cita-cita yang pemimpinnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *