Pondok Pesantren ALMATERA (Al-Mumin Muhammadiyah Tembarak)

JANGAN JADI HAMBA KIKIR !!!

Dalam Islam, kikir (bahasa Arab: bakhil) berarti sifat enggan mengeluarkan harta untuk keperluan yang disyariatkan atau dianjurkan, seperti zakat, sedekah, dan infak. Sifat ini dianggap sebagai penyakit hati yang merusak dan dilarang dalam Islam.  Sifat seseorang yang enggan memberikan harta yang ia miliki, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kebaikan orang lain. Sifat ini juga bisa diartikan sebagai ketidakmampuan atau keengganan untuk menyumbangkan apa yang telah dianugerahkan Allah, baik berupa harta, ilmu, atau tenaga.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam kitab Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan memberikan tips yang berharga untuk kita agar kita terhindar dari sifat kikir. Mari kita ketahui bersama!

Pertama, Apa yang ada pada seseorang dan yang berada di tangannya adalah karunia Allah dan nikmat-Nya. Itu bukanlah milik hamba itu sendiri. Kalau bukan karena karunia dan kebaikan Allah kepadanya, niscaya dia tidak akan memperoleh sedikitpun darinya. 

Maka menahan (harta itu) berarti menahan karunia dan kebaikan Allah, sebab kebaikan Allah itu semestinya mendorong untuk berbuat baik kepada para hamba-Nya, sebagaimana firman Allah Ta‘ala:

وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللهُ اِلَيْكَ

Artinya: “Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (QS. Al-Qashash: 77).

Maka siapa yang menyadari bahwa apa yang ada di tangannya adalah karunia dari Allah, niscaya dia tidak akan menahan karunia itu -karunia yang sejatinya tidak akan membahayakannya- bahkan akan bermanfaat bagi hati dan hartanya, menambah keimanannya, dan menjaga dari berbagai bencana.

Kedua, bahwa segala yang ada di tangan para hamba akan kembali kepada Allah -dan Dia-lah yang mewarisinya, dan Dia adalah sebaik-baik pewaris-. Maka tidak ada maknanya seseorang bersikap kikir terhadap sesuatu yang akan hilang darinya dan berpindah kepada selainnya.

Ketiga, Allah berfirman (yang artinya): “Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS. Ali Imran: 180).

Maka jika Allah Maha Mengetahui semua amal kalian -dan pengetahuan itu meniscayakan adanya balasan yang baik atas kebaikan, dan hukuman atas keburukan- maka tidak akan ada orang yang di dalam hatinya terdapat seberat dzarrah keimanan yang akan menahan diri dari berinfak yang dengannya ia mendapat pahala, dan tidak akan ridha untuk menahan harta yang akibatnya adalah hukuman.

Semoga Allah Ta’ala melimpahkan kepada kita rizki yang halal dan baik serta menjauhkan kita dari sifat kikir kemudian menjadikan kita termasuk orang-orang yang mampu mendermakan harta kita untuk kebaikan. Aamiin.

Temanggung, 10 Syawal 1446 H / 9 April 2025 M

Ja’far Shodiq dalam risalahmatahari.blogspot.com

Referensi:As-Sa’di, Abdurrahman bin Nashir. Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan. (2016). Kairo: ad-Dar al-Alamiyah.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *